Newest Post
Archive for Maret 2015
1. Latar belakang penggunaan Bahan Tambah (admixture)
untuk Campuran Beton
Untuk keperluan tertentu terkadang campuran beton tersebut masih ditambahkan bahan tambah berupa zat-zat kimia tambahan (chemical additive) dan mineral/material tambahan. Zat kimia tambahan tersebut biasanya berupa serbuk atau cairan yang secara kimiawi langsung mempengaruhi kondisi campuran beton. Sedangkan mineral/material tambahan berupa agregat yang mempunyai karakteristik tertentu. Penambahan zat-zat kimia atau mineral tambahan ini diharapkan dapat merubah performa dan sifat-sifat campuran beton sesuai dengan kondisi dan tujuan yang diinginkan, serta dapat pula sebagai bahan pengganti sebagian dari material utama penyusun beton. Standar pemberian bahan tambahan beton ini pun sudah diatur dalam SNI S-18-1990-03 tentang Spesifikasi Bahan Tambahan pada Beton.
Bahan tambah (admixture) adalah suatu bahan berupa bubuk atau cairan, yang ditambahkan ke dalam campuran adukan beton selama pengadukan, dengan tujuan untuk mengubah sifat adukan atau betonnya. (Spesifikasi Bahan Tambahan untuk Beton, SK SNI S-18-1990-03).
Berdasarkan ACI (American Concrete Institute), bahan tambah adalah material selain air, agregat dan semen hidrolik yang dicampurkan dalam beton atau mortar yang ditambahkan sebelum atau selama pengadukan berlangsung.
Penambahan bahan tambah dalam sebuah campuran beton atau mortar tidak mengubah komposisi yang besar dari bahan lainnya, karena penggunaan bahan tambah ini cenderung merupakan pengganti atau susbtitusi dari dalam campuran beton itu sendiri. Karena tujuannya memperbaiki atau mengubah sifat dan karakteristik tertentu dari beton atau mortar yang akan dihasilkan, maka kecenderungan perubahan komposisi dalam berat-volume tidak terasa secara langsung dibandingkan dengan komposisi awal beton tanpa bahan tambah.
Penggunaan bahan tambah dalam sebuah campuran beton harus memperhatikan standar yang berlaku seperti SNI (Standar Nasional Indonesia), ASTM (American Society for Testing and Materials) atau ACI (American Concrete Institute) dan yang paling utama memperhatikan petunjuk dalam manual produk dagang.
2. Tujuan pengguanaan bahan tambah (admixture)untuk campuran pada beton
Untuk keperluan tertentu terkadang campuran beton tersebut masih ditambahkan bahan tambah berupa zat-zat kimia tambahan (chemical additive) dan mineral/material tambahan. Zat kimia tambahan tersebut biasanya berupa serbuk atau cairan yang secara kimiawi langsung mempengaruhi kondisi campuran beton. Sedangkan mineral/material tambahan berupa agregat yang mempunyai karakteristik tertentu. Penambahan zat-zat kimia atau mineral tambahan ini diharapkan dapat merubah performa dan sifat-sifat campuran beton sesuai dengan kondisi dan tujuan yang diinginkan, serta dapat pula sebagai bahan pengganti sebagian dari material utama penyusun beton. Standar pemberian bahan tambahan beton ini pun sudah diatur dalam SNI S-18-1990-03 tentang Spesifikasi Bahan Tambahan pada Beton.
Bahan tambah (admixture) adalah suatu bahan berupa bubuk atau cairan, yang ditambahkan ke dalam campuran adukan beton selama pengadukan, dengan tujuan untuk mengubah sifat adukan atau betonnya. (Spesifikasi Bahan Tambahan untuk Beton, SK SNI S-18-1990-03).
Berdasarkan ACI (American Concrete Institute), bahan tambah adalah material selain air, agregat dan semen hidrolik yang dicampurkan dalam beton atau mortar yang ditambahkan sebelum atau selama pengadukan berlangsung.
Penambahan bahan tambah dalam sebuah campuran beton atau mortar tidak mengubah komposisi yang besar dari bahan lainnya, karena penggunaan bahan tambah ini cenderung merupakan pengganti atau susbtitusi dari dalam campuran beton itu sendiri. Karena tujuannya memperbaiki atau mengubah sifat dan karakteristik tertentu dari beton atau mortar yang akan dihasilkan, maka kecenderungan perubahan komposisi dalam berat-volume tidak terasa secara langsung dibandingkan dengan komposisi awal beton tanpa bahan tambah.
Penggunaan bahan tambah dalam sebuah campuran beton harus memperhatikan standar yang berlaku seperti SNI (Standar Nasional Indonesia), ASTM (American Society for Testing and Materials) atau ACI (American Concrete Institute) dan yang paling utama memperhatikan petunjuk dalam manual produk dagang.
2. Tujuan pengguanaan bahan tambah (admixture)untuk campuran pada beton
Berdasarkan tujuan yang diharapkan
terdapat beberapa tujuan penggunaan zat kimia diantaranya yaitu:
a). water reduction. {Zat kimia
untuk mengurangi penggunaan air pada beton}
Hal ini dimaksudkan agar diperoleh adukan dengan nilai fas yang tetap dengan kekentalan yang sama atau dengan fas tetap, tapi didapatkan adukan beton yang lebih encer. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh kuat tekan yang lebih tinggi, dengan tidak mengurangi kekentalannya, atau diperoleh beton dengan kuat tekan yang sama, tapi adukan dibuat menjadi lebih encer agar lebih memudahkan dalam penuangan.
Hal ini dimaksudkan agar diperoleh adukan dengan nilai fas yang tetap dengan kekentalan yang sama atau dengan fas tetap, tapi didapatkan adukan beton yang lebih encer. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh kuat tekan yang lebih tinggi, dengan tidak mengurangi kekentalannya, atau diperoleh beton dengan kuat tekan yang sama, tapi adukan dibuat menjadi lebih encer agar lebih memudahkan dalam penuangan.
b). Retarder {zat kima untuk
memperlambat proses ikatan campuran beton}
Biasanya diperlukan untuk beton yang tidak dibuat dilokasi penuangan beton. Proses pengikatan campuran beton sekitar 1 jam. Sehingga apabila sejak beton dicampur sampai penuangan memerlukan waktu lebih dari 1 jam, maka perlu ditambahkan zat kimia ini. Zat tambahan ini diantarannya berupa gula, sucrose, sodium gluconate, glucose, citric acid, dan tartaric acid.
c). Accelerators {zat kimia untuk mempercepat ikatan dan pengerasan campuran beton}
Diperlukan untuk mempercepat proses pekerjaan konstruksi beton, pencampuran beton dilakukan di tempat atau dekat dengan penuangannya. Zat tambahan yang digunakan adalah CaCl2, Ca(NO3)2 dan NaNO3. Namun demikian, lebih dianjurkan menggunakan yang nitrat, karena penggunaan khlorida dapat mempercepat terjadinya karat pada penulangan.
Pada kenyataan di lapangan terkadang diperlukan kondisi kombinasi dari ketiga perilaku penambahan zat kimia tersebut yaitu untuk mengurangi penggunaan air dan memperlambat proses ikatan campuran beton, atau untuk mengurangi air dan mempercapat waktu pengikatan serta pengerasan campuran beton.
3. Jenis jenis bahan tambah (admixture)
Biasanya diperlukan untuk beton yang tidak dibuat dilokasi penuangan beton. Proses pengikatan campuran beton sekitar 1 jam. Sehingga apabila sejak beton dicampur sampai penuangan memerlukan waktu lebih dari 1 jam, maka perlu ditambahkan zat kimia ini. Zat tambahan ini diantarannya berupa gula, sucrose, sodium gluconate, glucose, citric acid, dan tartaric acid.
c). Accelerators {zat kimia untuk mempercepat ikatan dan pengerasan campuran beton}
Diperlukan untuk mempercepat proses pekerjaan konstruksi beton, pencampuran beton dilakukan di tempat atau dekat dengan penuangannya. Zat tambahan yang digunakan adalah CaCl2, Ca(NO3)2 dan NaNO3. Namun demikian, lebih dianjurkan menggunakan yang nitrat, karena penggunaan khlorida dapat mempercepat terjadinya karat pada penulangan.
Pada kenyataan di lapangan terkadang diperlukan kondisi kombinasi dari ketiga perilaku penambahan zat kimia tersebut yaitu untuk mengurangi penggunaan air dan memperlambat proses ikatan campuran beton, atau untuk mengurangi air dan mempercapat waktu pengikatan serta pengerasan campuran beton.
3. Jenis jenis bahan tambah (admixture)
Secara umum bahan tambah yang digunakan dalam beton dapat
dibedakan menjadi dua yaitu bahan tambah yang bersifat kimiawi (chemical
admixture) dan bahan tambah yang bersifat mineral (additive).
A. Chemical admixtures (bahan tambah kimia)
Menurut standar ASTM , terdapat 7 jenis bahan tambah kimia, yaitu:
1) Tipe A, Water-Reducing Admixtures
2) Tipe B, Retarding Admixtures
3) Tipe C, Accelerating Admixtures
4) Tipe D, Water Reducing and Retarding Admixtures
5) Tipe E, Water Reducing and Accelerating Admixtures
6) Tipe F, Water Reducing, High Range Admixtures
7) Tipe G, Water Reducing,High Range Retarding Admixtures
2) Tipe B, Retarding Admixtures
3) Tipe C, Accelerating Admixtures
4) Tipe D, Water Reducing and Retarding Admixtures
5) Tipe E, Water Reducing and Accelerating Admixtures
6) Tipe F, Water Reducing, High Range Admixtures
7) Tipe G, Water Reducing,High Range Retarding Admixtures
Water-Reducing Admixtures adalah
bahan tambah yang mengurangi air pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan
beton dengan konsistensi tertentu. Bahan tambah ini biasa disebut water
reducer atau plasticizer.Plasticizer dapat digunakan dengan cara-cara sebagai
berikut:
• Kadar semen tetap, air dikurangi
Cara ini untuk memproduksi beton dengan nilai perbandingan atau faktor air semen (fas) yang rendah. Dengan faktor air semen yang rendah akan meningkatkan kuat tekan beton. Dengan penambahan plasticizer, walaupun fas rendah, beton tetap memiliki sifat workabilitas yang baik.
Cara ini untuk memproduksi beton dengan nilai perbandingan atau faktor air semen (fas) yang rendah. Dengan faktor air semen yang rendah akan meningkatkan kuat tekan beton. Dengan penambahan plasticizer, walaupun fas rendah, beton tetap memiliki sifat workabilitas yang baik.
• Kadar semen tetap, air tetap
Cara ini untuk memproduksi beton dengan slump yang lebih tinggi. Tingginya nilai slump akan memudahkan penuangan adukan.
Cara ini untuk memproduksi beton dengan slump yang lebih tinggi. Tingginya nilai slump akan memudahkan penuangan adukan.
• Kadar semen dikurangi, faktor air
semen tetap
Cara ini dilakukan untuk memperoleh beton dengan penggunaan semen yang lebih sedikit, sehingga mengurangi biaya.
Komposisi dari plasticizer diklasifikasikan secara umum menjadi 5 kelas:
1. Asam lignosulfonic dan kandungan garam-garam
2. Modifikasi dan turunan asam lignosulfonic dan kandungan garam-garam
3. Hydroxylated carboxylic acids dan kandungan garamnya
4. Modifikasi hydroxylated carboxylic acids dan,kandungan garamnya.
Cara ini dilakukan untuk memperoleh beton dengan penggunaan semen yang lebih sedikit, sehingga mengurangi biaya.
Komposisi dari plasticizer diklasifikasikan secara umum menjadi 5 kelas:
1. Asam lignosulfonic dan kandungan garam-garam
2. Modifikasi dan turunan asam lignosulfonic dan kandungan garam-garam
3. Hydroxylated carboxylic acids dan kandungan garamnya
4. Modifikasi hydroxylated carboxylic acids dan,kandungan garamnya.
Berdasarkan prosentase pengurangan
jumlah air, plasticizer/water reducer dibedakan menjadi 3 macam:
1. Normal water reducer : Penggunaan jenis ini mampu mengurangi air antara 5 – 10%.
2. Mid-range water reducer : Penggunaan jenis ini mengurangi air antara 10 – 15%.
3. High-range water reducer : Jenis ini biasa disebut superplasicizers, mampu mengurangi air antara 20 – 40%.
1. Normal water reducer : Penggunaan jenis ini mampu mengurangi air antara 5 – 10%.
2. Mid-range water reducer : Penggunaan jenis ini mengurangi air antara 10 – 15%.
3. High-range water reducer : Jenis ini biasa disebut superplasicizers, mampu mengurangi air antara 20 – 40%.
Mekanisme adanya penambahan
plasticizer dapat dijelaskan sebagai berikut:
Senyawa diserap oleh bidang muka antara air dengan zat padat. Partikel padat tersebut mengandung muatan sisa pada permukaannya dapat positif, negatif ataupun keduanya. Pada pasta semen, akibat perbedaan muatan tersebut, partikel dengan muatan berbeda yang posisinya berdekatan menyebabkan gaya elektrostatik, selanjutnya partikel mengalami flokulasi/ penggumpalan. Sejumlah air diikat oleh gumpalan tersebut dan diserap pada permukaan padat, sedang sedikit air yang tersisa mampu mengurangi viskositas/kekentalan pada pasta dan juga pada beton. Molekul pada plasticizer berfungsi menetralisir muatan pada permukaan atau membuat seluruh permukaan tersebut bermuatan seragam. Kemudian partikel tersebut saling tolak menolak (tidak lagi saling tarik menarik), sehingga semua partikel saling berpencar/dispersi dalam pasta. Hal ini membuat sebagian besar air mampu untuk mengurangi viskositas pada semen dan beton. Interaksi pada permukaan ini hampir pasti diketahui terjadi pada partikel semen, dan dapat pula terjadi pada fraksi terhalus dari agregat halus.
Senyawa diserap oleh bidang muka antara air dengan zat padat. Partikel padat tersebut mengandung muatan sisa pada permukaannya dapat positif, negatif ataupun keduanya. Pada pasta semen, akibat perbedaan muatan tersebut, partikel dengan muatan berbeda yang posisinya berdekatan menyebabkan gaya elektrostatik, selanjutnya partikel mengalami flokulasi/ penggumpalan. Sejumlah air diikat oleh gumpalan tersebut dan diserap pada permukaan padat, sedang sedikit air yang tersisa mampu mengurangi viskositas/kekentalan pada pasta dan juga pada beton. Molekul pada plasticizer berfungsi menetralisir muatan pada permukaan atau membuat seluruh permukaan tersebut bermuatan seragam. Kemudian partikel tersebut saling tolak menolak (tidak lagi saling tarik menarik), sehingga semua partikel saling berpencar/dispersi dalam pasta. Hal ini membuat sebagian besar air mampu untuk mengurangi viskositas pada semen dan beton. Interaksi pada permukaan ini hampir pasti diketahui terjadi pada partikel semen, dan dapat pula terjadi pada fraksi terhalus dari agregat halus.
4. Contoh Produk Plasticizer:
1.
Plastiment
NS
Produk ini dikeluarkan oleh Sika,
dengan bahan dasar polimer padat. Plastiment NS memenuhi standar ASTM C-494
Tipe A dan AASHTO M-194 Tipe A. Plastiment NS direkomendasikan untuk digunakan
pada aplikasi beton kualitas tinggi dengan peningkatan kuat tekan awal dan
waktu ikatan normal. Produk ini dapat mengurangi air sampai dengan 10% untuk
memperoleh beton yang mudah dikerjakan dengan kuat tekan dan kuat lentur yang
lebih tinggi. Dosis yang digunakan adalah 130 – 265 ml untuk tiap 100 kg semen.
2.
Plastocrete
161W
Merupakan produk Sika dengan bahan
polimer dan telah memenuhi persyaratam ASTM C-494 Tipe A. Direkomendasikan
untuk digunakan pada beton kualitas tinggi dengan workabilitas sangat baik dan
waktu ikatan cepat. Plastocrete 161W memberikan hasil yang optimal apabila
dikombinasikan dengan fly ash (abu terbang). Dosis yang digunakan adalah 195 –
650 ml/100 kg semen.
3.
Plastocrete
169
Produk Sika dengan tujuan ganda,
yaitu sebagai reducer dan retarder. Produk ini telah memenuhi syarat ASTM C-494
Tipe A. Digunakan untuk beton normal dan memerlukan retarder. Tujuan ganda
Plastocrete 169 sebagai water reducer normal dan set retarder memberikan
fleksibilitas yang tinggi pada penggunaannya dan dapat dikombinasikan untuk
meningkatkan kualitas maupun nilai ekonomis. Apabila digunakan untuk reducer,
digunakan dosis 261-391 ml/100 kg semen. Apabila digunakan sebagai set
retarder, dosis 390-520 ml/100 kg berat semen.
4.
Viscocrete
4100
Merupakan
produk Sika yang digunakan sebagai high range water reducer dan
superplasticizer. Produk ini telah memenuhi syarat ASTM C-494 Tipe A dan F.
Bahan tambah ini dapat digunakan dengan dosis rendah untuk mengurangi air
antara 10-15% dan apabila digunakan dengan dosis tinggi mampu mengurangi air
hingga 40%. Produk ini dapat digunakan untuk Self Compacting Concrete (SCC)
karena dapat memberikan workabilitas yang tinggi. Viscocrete 4100 tidak
mengandung formaldehid dan kalsium klorida serta tidak menyebabkan korosi pada
tulangan baja. Untuk tujuan umum dosis yang direkomendasikan sebanyak 195-520
ml/100 kg semen. Apabila diinginkan pengurangan air secara maksimum, dosisnya
dapat mencapai 780 ml/100 kg semen.
Tag :// Teknik Sipil,
Tag :// Tugas
LABORATORIUM
BETON
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MALANG
Dikerjakan : Senin, 08 Desember 2014
Kelompok A14 (Teknik Sipil A)
Dihitung : Senin, 08 Desember 2014
DAFTAR
ISIAN (FORMULIR) PERENCANAAN CAMPURAN BETON
No.
|
Uraian
|
Jumlah
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
|
Kuat
tekan yang disyaratkan pada umur 28 hari
Deviasi
Standar
Nilai
Tambah (margin)
Kuat
tekan rata-rata yang ditargetkan (f’cr)
Jenis
semen (biasa/cepat keras)
Jenis
agregat kasar (alami/batu pecah)
Jenis
agregat halus (alami/pecahan)
Faktor
air semen
Faktor
air semen maksimum
- Dipakai
faktor air semen yang terendah)
Nilai slump
Ukuran maksimum agregat kasar
Kebutuhan air
Kebutuhan semen portland
Kebutuhan semen portland minimum
- Dipakai
kebutuhan semen portland
Penyesuaian jumlah air atau faktor air
semen
Daerah gradasi agregat halus
Persen berat agregat halus terhadap
campuran
Berat jenis agregat campuran
Berat jenis beton
Kebutuhan agregat
Kebutuhan agregat halus
Kebutuhan agregat kasar
|
27 Mpa
3.5 Mpa
5.74Mpa
32.74Mpa
Biasa/tipe 1
Batu pecah
Alami
0.47
0.60
0.47
112.5 mm
40 mm
218.4 liter
464.68 kg
275 kg
464.68kg
Tetap 218.4 liter dan 0,47
Daerah 1
48 %
2.73 t/m3
2400 kg/m3
1716.92 kg/m3
824.122 kg/m3
892.798 kg/m3
|
Kesimpulan :
Volume
|
Berat
Total
|
Air
|
Semen
|
Ag.
Halus
|
Ag.
Kasar
|
1 m3
|
2400 Kg
|
218.4 Kg
|
464.68 Kg
|
824.122 Kg
|
892.788 Kg
|
1 adukan
|
319.88 Kg
|
29.23 Kg
|
62.2
Kg
|
108.95
Kg
|
119.5
Kg
|
§ Untuk
1 m3 beton (berat betonnya 2400 kg) dibutuhkan :
1) Air
= 218.4 Kg
2) Semen
=
464.68 Kg
3) Pasir
= 824.122 Kg
4) Kerikil
= 892.788 Kg
Perbandingan Semen, air,
pasir, kerikil :
PC : A : P : K
= 1 : 0.47 : 1.774 : 1.92
§
Untuk 1 adukan
Pada praktikum ini
menggunakan benda uji 21 buah silinder dan 1 buah balok. Dengan diketahui
silinder berdiameter 15 cm dan tinggi 30 cm, serta balok dengan ukuran 10 x 10
x 50 cm.
- Volume
silinder = ¼ πd2.t = ¼π (15)2(30)
=
5303,57 cm3
-
Volume total silinder =
5303,57 cm3 x 21 buah
= 111374.97 cm3
-
Volume balok = p x l x t
= 50 x 10 x 10 = 5000 cm3
Dengan menggunakan faktor
keamanan sebesar 15% maka volume total didapatkan:
Volume total = volume total silinder + volume balok
= 111374.97
cm3
+ 5000 cm3
= 116374.97
cm3
= 0,11637497 m3
Volume Total= 0,11637497
m3 x 1.15
= 0,13383
m3
Jadi, untuk 1 adukan
dibutuhkan :
a. Air
= 218.4 literx 0,13383
m3 = 29.23 Kg
b. Semen
= 464.68 Kg x 0,13383
m3 = 62.2 Kg
c. Agregat
halus = 814.122 Kg x 0,13383
m3 = 108.95
Kg
d. Agregat
kasar = 892.789 Kg
x 0,13383 m3 = 119.5 Kg
Berat
satu adukan sebesar :
29.23
kg + 62.2 Kg + 108.95 Kg + 119.5
Kg = 319.88 Kg
a. Cara Perhitungan
Langkah
1 kuat tekan beton yang disyaratkan
pada umur 28 hari yaitu:
F’c’ = 27 Mpa
Langkah
2 penetapan nilai deviasi standart
(S) = 3.5 MPa
Langkah
3 perhitungan nilai tambah (M) = 5.74
MPa
M = K x Sd
= 1,64 x 3.5
= 5.74 MPa
Langkah
4 menetapkan kuat tekan rata-rata
yang disyaratkan
F’cr = f’c’
+ M
= 27 + 5.74
= 32.74 MPa
Langkah
5 menetapkan jenis semen, dipilih
jenis Semen Type I
Langkah
6 menetapkan jenis agregat, dipilih
jenis agregat batu pecah
Langkah
7 menetapkan faktor air semen
CARA I, dari gambar 4.1 diperoleh 0,47
CARA II, dari gambar 4.2 diperoleh 0,50
CARA III, dari
tabel 4.2 diperoleh 0,60
Dari ketiga cara, yang sedang
adalah 0,47 (cara pertama)
Langkah 8 menetapkan faktor air semen maksimum. Dari ketiga cara diatas
(langkah 7), nilai FAS Maksimum = 0,60
à dipakai faktor air semen minimum = 0,47
Langkah
9 menetapkan nilai slump minimal 75
mm dan maksimal 150 mm.
Langkah
10 menetapkan ukuran besar butir
agregat maksimum (kerikil) = 40 mm.
Langkah
11 menetapkan kebutuhan air
Dari tabel 4.7 jika
pasir maksimum 10 mm, jenis alami
Kerikil 40 mm , jenis
batu pecah didapat
Ah = 225
Ak = 205
A = 0,67 Ah +
0,33 Ak
= 0,67 (225) + 0,33 (205)
= 218.4 liter
Langkah
12 Menentukan kebutuhan semen
= air / faktor air semen (langkah 8 dan 11)
= 218.4 / 0,47
= 464.68 Kg
Langkah
13 menentapkan kebutuhan air semen
minimum
Dari tabel 4.10 di dapat
275 Kg (dalam ruangan non korosif)
Dari tabel 4.10
ditetapkan semen minimum 275 Kg
Langkah
14 kebutuhan semen yang sesuai.
Dari langkah 12 didapat 464.68 Kg dan dari langkah 13
didapat 275 kg.
Ditetapkan kebutuhan
semen yang dipakai = 464.68 Kg
Langkah
15 penyesuaian jumlah air atau faktor
air semen
Karena pada langkah 14 tidak mengubah jumlah kebutuhan
semen yang dihitung pada langkah 12, maka tidak perlu ada penyesuaian jumlah
air maupun semen.
Langkah
16 menentukan golongan pasir = Golongan
I
Langkah
17 Perbandingan pasir dan kerikil
(pasir terhadap campuran).
Dengan gambar 4.4 jika faktor air semen 0.47, pasir golongan
I, slump minimal 75 mm dan maksimal 150 mm dan agregat maksimum 40 mm didapat 48% pasir.
Langkah
18 menentukan berat jenis agregat
campuran pasir dari kerikil
Bj campuran = (P/100)
x Bj pasir + (K/100) x Bj kerikil
= (48/100) x 2.7175 + (52/100) x 2.751
= 1.30
+ 1.43
= 2.73t/m3
Langkah
19 menentukan berat jenis beton
Dengan gambar 4.6, jika berat jenis campuran 2.73 kebutuhan
air (langkah 11) 218.4 liter didapat berat jenis betonnya = 2400 kg/m3
Langkah
20 menentukan kebutuhan pasir dan kerikil
Berat pasir + kerikil = berat
beton – kebutuhan air – kebutuhan semen
= (langkah
19) – (langkah 11) – (langkah12)
=
2400 – 218.4 – 464.68
=
1716.92 Kg/m3
Langkah
21 menetapkan kebutuhan agregat halus
Kebutuhan pasir = (berat
pasir + kerikil) x persentase berat pasir
= 1716.92 x 48%
= 824.122 Kg/m3
Langkah
22 menetarkan kebutuhan agregat kasar
Kebutuhan kerikil = (berat
pasir + kerikil) – kebutuhan pasir
= 1716.92 – 824.122
= 892.798 Kg/m3
Tag :// Teknik Sipil,
Tag :// Tugas